MAKALAH
“Peranan Guru Seni Rupa dan Pendidikan Seni Rupa
Sebagai Tujuan Pendidikan Nasional”
Dosen
Pengampu : Pak Muhammad Reyhan Florean, M.Pd
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 10
NO
|
NAMA
|
NPM
|
1.
|
Lawinda
Jeffry Pradana
|
14186206277
|
2.
|
Risa
Khoiriyah S
|
14186206305
|
3.
|
Hadi
Purwanto
|
14186206306
|
4.
|
Kiki
Kurnia S
|
14186206307
|
5.
|
Sinta
Malharina
|
14186206319
|
TAHUN AJARAN 2015 / 2016
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI TULUNGAGUNG
Jl.
Mayor sujadi timur no.7 tulungagung,
telp
(0355)321426 kode pos 66221
TULUNGAGUNG
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan memerlukan
banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan
ini, dengan tulis ikhlas kami menyampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada kedua orangtua kami, Bapak atau Ibu dosen dan teman-teman yang telah
memberikan bantuan dan partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun materiil
untuk keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.
Kami selaku
penyusun berharap semoga makalah ini ada guna dan manfaatnya bagi para pembaca.
Amin.
Tulungagung, 25 Oktober 2015
Kelompok 10
DAFTAR ISI
JUDUL
.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR
.................................................................................... ii
DAFTAR ISI
.................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. Peranan Guru Dalam Pendidikan
Seni Rupa ................................. 3
B. Peran Pendidikan Seni Rupa
Sebagai Bagian Dari Tujuan Pendidikan
Nasional ......................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
..................................................................................... 9
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan seni merupakan salah
satu pendidikan untuk mengembangkan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan
seni dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan. Tujuan pendidikan seni bukan
untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi
manusia yang kreatif.
Pendidikan seni rupa sesungguhnya
merupakan istilah yang baru digunakan dalam dunia peersekolahan. Pada mulanya
digunakan istilah menggambar. Materi yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi
juga beragam bidang seni rupa seperti mematung,mencetak,menempel, melipat dan
juga apresiasi seni lainnya.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
peranan guru didalam pendidikan seni rupa ?
2. Apa
peranan pendidikan seni rupa sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional ?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa peranan guru didalam pendidikan seni rupa
2. Untuk
mengetahui Apa peranan pendidikan seni
rupa sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Peranan
Guru Dalam Pendidikan Seni Rupa
Guru memegang peranan penting dalam
pendidikan seni. Setiap guru seni perlu memahami kepemimpinan bagaimana dan
tanggungjawab apa yang dituntut para siswa serta bimbingan mana yang dapat
memberi inspirasi kepada mereka; apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia lakukan.
Di ruangan kelas, setiap saat guru senantiasa diperlukan siswanya.
Peran kunci guru seni, tidak lagi
terletak pada mengajarkan kepada siswa bagaimana cara menggambar, atau
memberikan contoh gambar untuk ditiru siswa, tetapi lebih terfokus kepada penciptaan
suasana yang akrab serta adanya penerimaan guru atas pribadi para siswa yang
beranekaragam dengan karya dan gagasan mereka yang bervariasi pula. Dalam
keseluruhan penyelenggaraan kegiatan seni di sekolah, peranan guru adalah
memberi inspirasi, memberi kejelasan/klarifikasi, membantu menerjemahkan
gagasa, perasaan dan reaksi siswa ke adalam bentuk-bentuk karya seni yang
terorganisasi secara estetis (Jefferson, 1969) atau menciptakan iklim yang
menunjang bagi kegiatan “menemukan”, “eksplorasi”, dan “produksi”. Peranan ini
dapat dimainkan guru, baik pada saat awal atau di tengah pelajaran sedang
berlangsung. Tentu saja, untuk dapat berperan seperti ini guru perlu “mengasah”
kepekaan rasa seninya secara memadai, melalui kegiatan belajar yang terus menerus
(belajar diartikan: mengamati, menghayati, mengkaji atau berkarya).
Tugas-tugas guru seni sebetulnya cukup
jelas dan spesifik tetapi jangan diartikan secara kaku. Yang penting, tetaplah
berorientasi kepada kebutuhan belajar siswa.
Tugas-tugas
guru paling sedikit meliputi lima kegiatan penting, yaitu:
1. Merancang
2. Memotivasi
3. Membimbing
4. Mengevaluasi
5. Menyelenggarakan
pameran
Berikut ini akan dibahas salah satu
tugas yang sangat penting bagi guru dan perlu dikembangkan, tetapi sering
diabaikan yaitu memotivasi. Sering dikemukakan orang bahwa kegiatan berkarya
seni, anak-anak tidak perlu dimotivasi, karena mereka sudah dengan sendirinya
menyukai kegiatan ini. Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, sebagaimana
terbukti dalam kenyataan. Tidak semua anak secara spontan mampu berkresi,
sekalipun ia berada pada fase perkembangan yang disebut “the golden age of
creative expression” (masa keemasan ekspresi kreatif), sekitar usia kelas I-III
SD. Kiranya faktor lingkungan budaya turut memegang peranan penting dalam hal
ini. Spontanitas berekspresi-kreatif pada anak hanya terjadi jika didukung oleh
iklim yang menunjang dan melalui serangkaian pengalaman berkesenian, baik dalam
bentuk kegiatan apresiasi maupun kreasi.
Beberapa cara yang dapat dijadikan alat
memotivasi oleh guru pada awal pelajaran seni rupa yaitu :
1. Insentif
Insentif
disini lebih diartikan sebagai penguatan (reinforcement) bersifat non-material,
yang memungkinkan para siswa tergugah minatnya untuk mengikuti pelajaran.
Bentuknya antara lain berupa : kata-kata pujian, gerak mimik, acungan jempol,
atau tanda persetujuan dan penerimaan guru kepada siswa yang mengemukakan
gagasan menarik. Hal ini dapat dilakukan terutama diskusi awal.
2. Membangunkan
pengalaman pribadi (ingatan, asosiasi emosional)
Membangunkan
ingatan perlu dilakukan, untuk mengungkapkan kembali pengalaman siswa di masa
lalu yang mungkin sudah dilupakan. Caranya, dengan melakukan
pancingan-pancingan kata-kata, kalimat pernyataan atau pertanyaan yang tak
perlu dijawab secara verbal.
3. Pengamatan
langsung kepada objek di lingkungan
4. Asosiasi
gagasan dengan bahan/media dan perluasan pengetahuan.
Asosiasi
gagasan dengan bahan. Artinya, setiap jenis bahan yang digunakan memiliki
karakter khusus yang memancing ide penciptaan.
Memperluas
pengetahuan artinya, guru berupaya agar pengetahuan siap mengenai suatu objek
yang telah dimiliki siswa, ditambah, diperkaya ileh guru maupun siswa-siswa
lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan diskusi pada tahap awal, pada waktu
kegiatan berlangsung atau setelah hasil karya selesai dibuat siswa. Pengetahuan
yang luas akan memperlancar proses kreasi, bahkan meningkatkan daya tarik hasil
karya.
Akhirnya guru perlu memperhatikan juga
kapan saat-saat yang tepat diberikannya motivasi, jangan sampai mengganggu
siswa yang sedang asik bekerja (Wachowiak dan Clements, 1993)
2.2
Peran
Pendidikan Seni Rupa Sebagai Bagian Dari Tujuan Pendidikan Nasional
Guru memegang peranan penting dalam
pendidikan seni. Setiap guru seni perlu memahami kepemimpinan bagaimana dan
tanggungjawab apa yang dituntut para siswa serta bimbingan mana yang dapat
memberi inspirasi kepada mereka; apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia
lakukan.Secara hierarki, tujuan pendidikan seni bersifat kontinum, mencakup
tujuan yang ideal sampai kepada tujuan yang bersifat operasional. Tujuan yang
dimaksud mencakup :
1. Tujuan
pendidikan nasional
2. Tujuan
institutional
3. Tujuan
kurikuler
4. Tujuan
intruksional.
Untuk tercapainya tujuan-tujuan
tersebut, para guru sebagai pelaksana pendidikan perlu memahami hierarki
tersebut dan kemudian mengimplementasikannya dalam pentuk kegiatan pembelajaran
di sekolah. Dengan demikian, dapat disimpulkan tujuan pembelajaran merupakan
suatu usaha atau target yang harus dimaknai oleh guru sebagai kegiatan
menerjemahkan tujuan-tujuan dalam pendidikan.
Secara khusus, tujuan kurikuler
pendidikan seni rupa dirumuskan Kaufman (1966: 33) yaitu “Art education seeks to develop sensitive, imaginative, creative, and
artistically, emotionally, and intellectually through active expression or
reflective appreciation in the art”.
Pendapat ini sama dengan tujuan dan fungsi pendidikan seni di Indonesia
yang dirumuskan Depdiknas (2003: 7) bahwa: “Mata pelajaran kesenian memiliki
fungsi dan tujuan menumbuh kembangkan sikap toleransi, demokrasi, beradap,
serta mampu hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, yang mengembangkan
kemampuan imajinatif, intelektual, ekspresi melalui seni, mengembangkan
kepekaan rasa, keterampilan, serta mampu menerapkan teknologi dalam berkreasi,
memamerkan dan mempergelarkan karya seni.
Dalam perkembangannya, pendidikan seni
rupa memiliki peranan yang penting, tidak lagi hanya pendidikan menggambar dan
ekspresi bebas yang dikenal sebelumnya. Peranan pendidikan seni berupaya
membangun sosok pribadi secara menyeluruh, pribadi yang seimbang antara
perkembangan logika, etika, dan estetika.
Mcfee (1969: 8) menulis pendidikan seni
rupa sebagai alat untuk menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
luhur dari satu generasi kepada generasi berikutnya, untuk meningkatkan
lingkungan, dan untuk memotivasi dan mendidik individu. Pendapat itu sama
dengan yang diungkapkan Mattulada (1992: 5) bahwa pendidikan seni sebagai
sarana pendidikan formal dan nonformal berperan untuk mengorelasi dan
mengembangkan gagasan-gagasan, nilai-nilai, dan pikiran-pikiran tentang
keindahan yang terdapat dalam khasanah ideal atau sistem budaya sesuatu
persekutuan hidup, masyarakat atau bangsa.
Pendapat di atas menjelaskan kedudukan
seni rupa sebagai sarana untuk menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai luhur dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Dapat
dikatakan pewarisan budaya yang menjadi identitas bangsa dapat berjalan dengan
berkesinambungan. Selain berperan dalam penyampaian pengetahuan, keterampilan,
dan nilai, pendidikan seni rupa juga berperan memupuk pengertian dan kesadaran
mencintai lingkungan hidup. Termasuk menggugah kesadaran hidup berkelompok,
serta untuk mendorong dan meningkatkan potensi pribadi siswa secara
komprehansif.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kurikulum Depdiknas, dalam kurikulum 2004, merumuskan peranan seni secara
terpadu, yaitu: “Mata pelajaran kesenian memiliki fungsi dan tujuan menumbuh kembangkan
sikap toleransi, demokrasi, beradap, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat
yang majemuk, yang mengembangkan kemampuan imajinatif, intelektual, ekspresi
melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, keterampilan, serta mampu menerapkan
teknologi dalam berkreasi, memamerkan dan mempergelarkan karya seni (Depdiknas,
2003: 7).”
Pada bagian rasional, secara jelas
peranan pendidikan kesenian khusunya seni rupa dalam konteks pendidikan untuk
mengoptimalkan seluruh potensi siswa secara komprehensif. Hal ini menjadi dasar
pertimbangan bahwa mata pelajaran seni rupa perlu diberikan di sekolah dengan
pertimbangan :
1. Pembelajaran
seni rupa memiliki peranan dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis dalam
logika, rasa estetis, dan artistikanya, serta etikanya dengan memperhatikan
kebutuhan perkembangan siswa dalam mencapai kecerdasan :
A. Emosional
(EQ)
B. Kecerdasan
intelektual (IQ)
C. Kecerdasan
adversitas (AQ)
D. Kreativitas
(CQ)
E. Spiritual
dan Moral (SQ)
Dengan
cara mempelajari elemen-elemen, prinsip-prinsip, proses dan teknik berkarya
sesuai dengan nilai-nilai budaya dan keindahan serta sesuai dengan konteks
sosial budaya masyarakat sebagai sarana untuk menumbuhkan sikap saling
memahami, menghargai, dan menghormati.
2. Pembelajaran
seni rupa memiliki peranan dalam pengembangan kreativitas, kepekaan rasa dan
indrawi, serta kemampuan berkesenian melalui pendekatan belajar dengan seni,
belajar melalui seni, dan belajar tentang seni.
BAB
III
PENUTUP
Demikian
penulisan makalah tentang Peranan Guru Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Pendidikan
Seni Rupa Sebagai Tujuan Pendidikan Nasional. Harapan penyusun semoga makalah
ini bermanfaat dan menambah pengetahuan penyusun pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Selama melaksanakan perkuliahan dan kegiatan ini,
maka penyusun dapat membuat kesimpulan yaitu sebagai berikut :
3.3 Kesimpulan
- Guru memegang peranan penting dalam pendidikan seni.
Setiap guru seni perlu memahami kepemimpinan bagaimana dan tanggungjawab
apa yang dituntut para siswa serta bimbingan mana yang dapat memberi
inspirasi kepada mereka; apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dia
lakukan.
- Tujuan
pendidikan seni bersifat kontinum, mencakup tujuan yang ideal sampai
kepada tujuan yang bersifat operasional. Tujuan yang dimaksud mencakup :
-
Tujuan pendidikan nasional
-
Tujuan institutional
-
Tujuan kurikuler
-
Tujuan intruksional.
Untuk tercapainya tujuan-tujuan tersebut,
para guru sebagai pelaksana pendidikan perlu memahami hierarki tersebut dan
kemudian mengimplementasikannya dalam pentuk kegiatan pembelajaran di sekolah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan tujuan pembelajaran merupakan suatu usaha
atau target yang harus dimaknai oleh guru sebagai kegiatan menerjemahkan
tujuan-tujuan dalam pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim Bina
Karya Guru. 2010. Seni Budaya Dan Ketrampilan Untuk Sekolah Dasar Kelas
Lima. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar